Beranda | Artikel
Memahami Maksud dan Tujuan Persaudaraan Seiman
Senin, 5 Oktober 2015

Memahami Maksud dan Tujuan Persaudaraan Seiman

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ؛ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:

اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ فِي السِرِّ وَالعَلَانِيَةِ وَالغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ .

Ibadallah,

Sungguh Allah ﷻ telah menganugerahkan kita dengan nikmat dan anugerah yang besar.Yaitu nikmat agama Islam ini. Dengan Islam, Allah ﷻ lembutkan hati-hati kita yang tercerai-berai dan jiwa-jiwa yang berselisih menjadi saudara seagama. Jadilah kita menjalin persaudaraan karena Allah.kemudian kita saling tolong-menolong dalam menaati-Nya. Kita dikumpulkan Allah ﷻ dalam agama ini.

Hal ini benar-benar suatu nikmat yang luar biasa dan karunia yang besar. Anugerah yang dicintai oleh setiap muslim. Oleh karena itu, Allah ﷻ berpesan kepada kita,

وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً

“dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS:Ali Imran | Ayat: 103).

Ibadallah,

Persaudaraan seiman adalah ikatan yang besar dan tali yang kuat.Tidak ada ikatan yang lebih kuat darinya dan tidak mungkin aka nada.

Persaudaraan karena Allah memiliki tujuan yang sama, kepentingan yang sama, dan cita-cita yang sama. Mereka disatukan oleh peribadatan kepada Allah semata.Dengan menyerahkan diri secara ikhlas kepada-Nya semata dalam peribadatan dan ketaatan.Mengikuti perintah-Nya dan syaraiat-Nya.Serta meneladani Rasul-Nya, Muhammad ﷺ.

Saudaraku kaum muslimin,

Keadaan kaum muslimin itu sama halnya dengan keadaan jasad yang satu, suka dan derita salah satunya, suka dan duka bagi yang lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin bagi mukmin yang lainnya seperti rangkaian bangunan, saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya.” (Muttafaq ‘Alaihi).

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan, kasih dan sayang mereka seperti satu tubuh.Apabila aa salah satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur”. (Muttafaq ‘Alaihi).

Ibadallah,

Persaudaraan karena Allah kedudukannya lebih agung dibanding persaudaraan senasab. Persaudaraan senasabdisatukan hanya karena dari keturunan yang sama. Sedangkan persaudaraan seagama yang mempersatukan mereka adalah agama Allah.tali pengikatnya adalah peribadatan kepada Allah. tujuannya adalah menggapai ridha Allah ﷻ. Nabi ﷺ bersabda,

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barangsiapa yang lamban amalnya, maka nasabnya tidak bisa mengejarnya.” (HR. Muslim).

Allah ﷻ berfirman,

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ (101) فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.Barangsiapa yang berat timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.” (QS:Al-Mu’minuun | Ayat: 101-102).

Yakni maksudnya adalah berat timbangannya karena keimanan kepada Allah ﷻ, beramal shaleh, dan taat kepada Allah.Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

“Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (QS:Al-Mu’minuun | Ayat: 103).

Ibadallah,

Persaudaraan karena Allah, orang-orangnya dikumpulkan oleh kepentingan yang sama yang menyatukan menyatukan mereka semua. Renungkanlah hal ini dalam doa yang diulang-ulang oleh setiap muslim dalam setiap rakaat shalat mereka:

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS:Al-Fatihah | Ayat: 7).

Inilah tujuan bersama dan permintaan bersama.Umat Islam semuanya berusaha berjalan menuju Allah ﷻ di atas jalan yang lurus, jalan petunjuk yang suci, dengan tujuan berharap ridha Allah ﷻ. Dan termasuk orang-orang yang sukses dengan masuk ke dalam surge-Nya dan selamat dari adzab neraka-Nya.

Ibadallah,

Karena itulah, wajib bagi setiap muslim untuk menjaga hak-hak persaudaraan ini, mengetahui kedudukannya, menjaga kehormatannya, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak dan mengurangi kadarnya.

Ibadallah,

Persaudaraan karena Allah ﷻ membutuhkan penjagaan. Penjagaan yang telah dituntunkan oleh Alquran dan sunnah Rasulullah ﷺ. Dengan menelaah kitabullah dan sunnah Rasulullah dalam permasalahan ini, maka akan kita dapatkan ayat-ayat dan hadits-hadits dari Rasulullah ﷺ yang membuat nilai-nilai persaudaraan ini kian luhur. Akan kita temukan pula konsekuensi-konsekuensinya, hak-haknya, dan adab-adabnya. Salah satu contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersadba,

لَا تَحَاسَدُوا ، وَلَا تَنَاجَشُوا ، وَلَا تَبَاغَضُوا ، وَلَا تَدَابَرُوا ، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا ، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ ، التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ ؛ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

”Janganlah kalian saling hasad, saling berbuat najasy (menawar barang dagangan lebih tinggi untuk mengecoh pembeli lain), saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah salah seorang di antara kalian menjual barang di atas jual beli oleh orang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya (tidak peduli padanya), berdusta kepadanya, meremehkannya. Taqwa tempatnya di sini, -beliau menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali-. Cukuplah seseorang itu dikatakan telah berbuat kejelekan manakala merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain itu haram darahnya, harta, dan kehormatannya.” (HR. Imam Muslim).

Hadits ini mencakup banyak permasalahan, permasalahan persaudaraan keimanan, konsekuensinya, kewajibannya, dan hak-haknya.

Ibadallah,

Ketika pada diri seseorang tidak ada sesuatu yang disebutkan Nabi ﷺ dalam permasalahan persaudaraan keimanan ini, maka akan berkurang dan lemah pula keimanannya. Kadarnya, bergantung pada banyak atau sedikitnya apa yang disebutkan Nabi ﷺ pada dirinya.

Ibadallah,

Di antara nash yang mengatur persaudaraan ini adalah sebuah ayat dalam surat al-Hujurat. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Hujuraat | Ayat: 12).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَأَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى .

Ibadallah,

Di antara keindahan dari praktik persaudaraan seiman adalah saling mendoakan tatkala berjauhan. Di antara mereka ada yang mendoakan agar dosa-dosa saudaranya diampuni, dibebaskan dari neraka, berhasil menggapai ridha Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami…” (QS:Al-Hasyr | Ayat: 10).

Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya ﷺ,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”(QS:Muhammad | Ayat: 19).

Doa seorang kepada saudaranya yang lain tanpa sepengetahuannya, adalah doa yang mustajab. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh melupakan saudaranya seiman dalam doa-doanya. Berdoa agar Allah ﷻ mengampuni dosa-dosa mereka, menunjuki mereka sehingga bebas dari kekeliruan, memberi solusi atas masalah yang tengah mereka hadapi, menolong, menjaga, dan menguatkan mereka yang dalam keadaan lemah.Kemudian berdoa agar Allah menghinakan dan mengalahkan musuh-musuh mereka.Ini adalah sebuah konsekuensih nyata dari persaudaraan seiman. Umat Islam itu bagaikan satu tubuh, apabila aa salah satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَجَّهَ إِلَيْكَ بِأَسْمَائِكَ الحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلْيَا وَبِأَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ القَوِيُ العَزِيْزُ المَتِيْنُ العَظِيْمُ أَنْ تُعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَتُذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَأَنْ تُدَمِّرَ أَعْدَاءَ الدِيْنَ. إِلَهَنَا وَسَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا كُنْ لِإِخْوَانِنَا المُسْتَضْعَفِيْنَ مُؤَيِّداً وَنَصِيْرًا وَحَافِظاً وَمُعِيْنًا. إِلَهَنَا عَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ قَاتِلِ الكُفْرَةَ الَّذِيْ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَائَكَ، اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ عَذَابَكَ وَرِجْزَكَ إِلَهُ الحَقِّ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ، اَللَّهُمَّ وَارْزُقْهُ البِطَانَةً الصَالِحَةً النَاصِحَةً. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ شَرْعِكَ وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً وَرَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا. اَللَّهُمَّ وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنضا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا. اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تُمْكِرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرْ الهُدَى لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا .

اَللَّهُمَّ احْفَظْنَا بِحِفْظِكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتَ .

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا وَأَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ اسْقِنَا وَأَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ اسْقِنَا وَأَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْ قُلُوْبِنَا بِالْإِيْمَانِ وَدِيَارَنَا بِالْمَطَرِ، اَللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ لَا سُقْيَا هَدَمٍ وَلَا عَذَابٍ وَلَا غَرَقٍ. اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ نَرْجُوْ فَلَا تَكِلْنَا إِلَّا إِلَيْكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا .

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/3572-memahami-maksud-dan-tujuan-persaudaraan-seiman.html